Headlines News :

Latest Post

Showing posts with label kisah. Show all posts
Showing posts with label kisah. Show all posts

Nabi Idris AS

Written By Unknown on Thursday 11 July 2013 | 05:49

Allah s.w.t berfirman:
"Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka kisah) Idris (yang tersebut)di dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang rasul. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (QS. Maryam: 56-57)

Kita tidak mengetahui bila Nabi Idris hidup dan kepada kaum siapa dia diutus dan bagaimana Allah s.w.t mengangkat darjatnya pada kedudukan yang tinggi.

Menurut dongeng kuno disebutkan bahawa Nabi Idris adalah Uzairis, salah seorang pahlawan Mesir kuno. Beliau dianggap sebagai Tuhan berhala. Izis, isterinya memainkan peranan penting dalam mengembalikannya pada kehidupan. Kami tidak memiliki suatu sumber yang otentik yang dapat kami percaya untuk meneguhkan pendapat seputar Nabi Idris.

Barangkali Idris adalah seorang Nabi yang dermawan dan mulia dan diutus di Mesir, lalu Allah s.w.t mengangkatnya di sisi-Nya seperti Nabi Isa Ibnu Maryam. Ketika beliau diangkat, terjadilah berbagai macam isu dan fitnah seputar beliau dan kemudian beliau dijadikan sebagai Tuhan. Dan barangkali ada versi lain seputar kisah itu.

Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan adalah keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith. Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar selamat dari siksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun.

Dalam hubungan dengan firman Allah bahawa Nabi Idris diangkat kemartabat tinggi Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahawa Nabi Idris wafat tatkala berada di langit keempat dibawa oleh seorang Malaikat Wallahu a’alam bissawab
Kisah Nabi Idris AS Melihat Surga dan Neraka

Allah pun memberikan mukjizat kepadanya berupa kepandaian di segala bidang. Diantara mukjizat Nabi Idris adalah sebagai berikut:
  1. Hebat dalam menunggang kuda. Pada waktu itu sedikit orang yang dapat menunggang kuda.
  2. Dapat menulis. Pada waktu itu tidak ada ummatnya yang dapat menulis.
  3. Dapat menjahit pakaian. Pada waktu itu, belum ada yang mampu menjahit pakaian.

Nabi Idris mendapat kitab dari Allah SWT sebanyak 30 Shohifah. Dalam kitab ini berisi ajaran kebenaran seperti halnya AL Qur’an. Kitab itu merupakan petunjuk yang disampaikan kepada ummatnya. Sehingga ummatnya yang sudah rusak akhlaknya sedikit demi sedikit kembali ke jalan yang benar.

Nabi Idris AS juga mendapat gelar “Asadul Usud” yang berarti Singa karena beliau tidak pernah berputus asa dalam menjalan tugasnya sebagai seorang Nabi. Ia tidak pernah takut menghadapi ummatnya yang kafir. Meskipun demikian ia tidak pernah sombong. Ia bersifat pema’af.

Tidak banyak keterangan yang didapati tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran maupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi. Di dalam Al-Quran hanya terdpt dua ayat tentang Nabi Idris iaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57:
“Dan ceritakanlah { hai Muhammad kepada mereka , kisah } Idris yang terdpt tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 – Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” { Maryam : 56 – 57 }


Nabi Idris a.s Bersama Malaikat Izrail

Suatu ketika Nabi Idris a.s telah dikunjungi oleh Malaikat Izrail dan bertanya Nabi Idris a.s katanya: "Hai malaikat Izrail, engkau datang ini untuk mencabut nyawa atau untuk menziarah?." Kata Malaikat Izrail aku datang untuk menziarah dengan izin Allah. Kata Nabi Idris kepada Malaikat Izrail: "Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan dan kepentingan kepadamu" Kata Malaikat Izrail "Kepentingan apa itu?" Jawab Nabi Idris "Kepentingan denganmu iaitu supaya engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah menghidupkan kembali sehingga aku dapat beribadah kepada Allah setelah aku merasakan sakaratulmaut". Kata Malaikat Izrail sesungguhnya aku tidak akan mencabut nyawa seseorang melainkan mendapat izin Allah. Maka Allah memberi wahyu kepada kepada Malaikat Izrail agar dia mencabut nyawa Nabi Idris, maka seketika itu Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris a.s. Maka Malaikat Izrail menangis atas kematian Nabi Idris sambil memohon kepada Allah agar Allah menghidupkan kembali Nabi Idris a.s.

Kemudian Allah mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka Nabi Idris hidup kembali. Malaikat Izrail bertanya kepada Nabi Idris as. "Hai saudaraku, bagaimana rasanya sakaratulmaut itu?. Kata Nabi Idris a.s "Sesungguhnya rasa sakaratulmaut itu saya umpamakan binatang yang hidup itu dilapah kulitnya (dibuang kulitnya semasa hidup-hidup) dan begitulah rasanya sakaratulmaut bahkan lebih seribu kali sakit."

Kata Malaikat Maut: "Secara halus dan berhati-hati aku mencabut nyawa yang seperti itu selama-lamanya." Kemudian Nabi Idris a.s berkata lagi pada Malaikat Maut: "Hai Malaikat Maut, saya ada keinginan lagi dengan engkau iaitu saya ingin melihat Neraka Jahanam sehingga saya boleh beribadah kepada Allah dengan bersungguh-sungguh setelah melihat belenggu, rantai-rantai dan kala jengking yang menyengat orang-orang yang ada di Neraka Jahanam." Kata Malaikat Maut "Bagaimana saya boleh pergi ke Neraka Jahanam tanpa izin Allah".Setelah Malaikat Izrail memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.
“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Izrail.
“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.

Mala Allah memberi wahyu kepada Malaikat Maut dengan firman: "Pergilah engkau ke Neraka Jahanam bersama-sama Nabi Idris a.s". Waktu mereka sampai ke dekat neraka, Nabi Idris langsung pingsan. Penjaga neraka adalah Malaikat yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah semasa hidupnya. Nabi Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu. Api neraka berkobar dahsyat, bunyinya bergemuruh menakutkan, tak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini.

Setelah kembali Nabi Idris berkata lagi kepada Malaikat Maut. "Hai Malaikat Maut, saya ada keinginan lagi dengamu iaitu saya ingin melihat syurga sehingga saya boleh tambah meningkatkan amal ibadah," maka Malaikat Maut berkata "Bagaimana boleh saya bersamamu ke dalam syurga tanpa izin Allah." Maka Allah memberi izin pada Malaikat Maut untuk pergi berdua dan berhenti dekat pintu syurga.

Maka Nabi Idris melihat di dalamnya nampak bermacam-macam nikmat dan istana besar lagi indah dan beberapa anugerah yang berharga, juga tumbuh-tumbuhan serta buah-buahan yang beraneka warna dan rasanya berbeza-beza. Nabi Idris berkata "Hai saudaraku, saya telah merasakan sakitnya sakaratulmaut, saya telah melihat Neraka Jahanam yang didalamnya bermacam-macam rupa seksaan dan azab neraka maka mohonlah engkau kepada Allah agar Allah mengizinkan saya untuk masuk syurga dan minum airnya agar hilang rasa sakitnya sakaratulmaut di tenggkorakku ini dan juga terhindar daripada seksaan Neraka Jahanam.

Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris beulang-ulang.

Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.

Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”

“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrail. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.

Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.

Kemudian Nabi Idris masuk lagi ke dalam syurga dan meletakkan seliparnya di bawah pokok kayu di dalam syurga. Maka Nabi Idris berkata kepada Malaikat Izrail "Hai Malaikat Maut, selipar saya tertinggal didalam syurga di bawah pokok kayu, maka kembalikanlah saya ke dalam syurga," maka Nabi Idris masuk ke syurga dan tidak mahu keluar lagi dari syurga. Maka berteriaklah Malaikat Izrail memanggil Nabi Idris agar keluar dari syurga. "Hai Idris, keluarlah engkau dari syurga." Maka Nabi Idris pun tidak mahu keluar Allah s.w.t telah berfirman "Tiap-tiap orang mesti merasakan sakaratul maut, sedang saya sudah merasakan sakaratulmaut. Dan Allah s.w.t berfirman lagi maksudnya: "Tidak ada diantara kamu sekelian kecuali mereka itu memasuki (neraka/syurga) sedang aku pernah memasuki neraka dan Allah pun juga berfirman lagi maksudnya: "Dan tidaklah mereka itu dikeluarkannya". (keluar daripada syurga).

"Siapakah yang mengeluarkan saya dari syurga" sedangkan Allah telah memberi wahyu kepada malaikat Maut. "Tinggalkanlah dia (Nabi Idris) sesungguhnya Aku telah memutuskan dia di zaman azali dahulu bahawa sesungguhnya dia (Nabi Idris) tergolong ahli dan penghuni syurga."

Akhirnya Allah mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.

Firman Allah:
“Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.


Diantara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :
  1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.
  2. Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
  3. Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
  4. Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
  5. Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
  6. Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
  7. Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
  8. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dpt bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehinya itu.

Gambar : jalanakhirat.wordpress.com

Tempat Tinggal Adam AS

Written By Unknown on Wednesday 10 July 2013 | 13:30

TEMPAT TINGGAL ADAM
Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah SWT itu, hanya Iblis dari bangsa Jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah SWT  karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam.
Hal itu disebabkan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur.
Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.
Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah SWT menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak.

Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.
Iblis dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada Allah SWT untuk diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat.
Allah SWT memperkenankan permohonannya itu.
Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga.
Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya.
Allah SWT kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

Allah  SWT hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi,
maka Allah SWT memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda.

Para malaikat tidak sanggup menjawab firmanAllah SWT untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.
Adam lalu diperintahkan oleh Allah SWT untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam,
berfirmanlah Allah SWT kepada mereka bahwa hanya Allah SWT lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.
Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki akal yang dinamis.
Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah SWT saja.

Adam diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk tinggal di Surga dulu sebelum diturukan ke Bumi.
Allah SWT menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya.
Adam memberinya nama, Hawa.
Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah SWT dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu beliau masih tidur sehingga saat beliau terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya.
Allah SWT berfirman kepada Adam:
Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah:35)

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan saat diusir oleh Allah SWT dari surga akibat pembangkangannya, Iblis mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia disurga yang tenteram dan damai dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang dilarang oleh Allah kepada mereka.

Iblis menipu mereka dengan mengatakan bahwa mengapa Allah SWT melarang mereka memakan buah terlarang itu karena mereka akan hidup kekal seperti Tuhan apabila memakannya.
Bujukan itu terus menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut.
Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah SWT sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi.
Allah SWT berfirman:
 Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. (Q.S. Al-Baqarah:36)

Mendengar firman Allah SWT tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa besar karenanya.
Mereka lalu bertaubat kepada Allah SWT dan setelah taubat mereka diterima, Allah SWT berfirman:
Turunlah kamu dari Syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Adam dan Hawa kemudian diturunkan ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup disurga.
Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.

Menurut kisah Adam diturunkan di Sri Lanka di puncak bukit Sri Pada dan Hawa diturunkan di Arabia.

 Mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah setelah 40 hari berpisah.
Setelah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah daerah Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga.
Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.

Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan.


Kematian Adam AS

Kisah Kematian Nabi Adam
Dari Uttiy bin Dhamurah As-Sa’di berkata, "Aku melihat seorang Syaikh di Madinah sedang berbicara. Lalu aku bertanya tentangnya." Mereka menjawab, "Itu adalah Ubay bin Ka’ab." Ubay berkata, "Ketika maut datang menjemput Adam, dia berkata kepada anak-anaknya, ’Wahai anak-anakku, aku ingin makan buah surga.’ Lalu anak-anaknya pergi mencari untuknya. Mereka disambut oleh para malaikat yang telah membawa kafan Adam dan wewangiannya. Mereka juga membawa kapak, sekop, dan cangkul.

Para Malaikat bertanya, ’Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang kalian mau? Dan ke mana kalian pergi?’ Mereka menjawab, ’Bapak kami sakit, dia ingin makan buah dari surga.’ Para malaikat menjawab, ’Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba.’ Lalu para malaikat datang. Hawa melihat dan mengenali mereka, maka dia berlindung kepada Adam. Adam berkata kepada Hawa, ’Menjauhlah dariku. Aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan Malaikat Tuhanku Tabaraka wa Taala.’ Lalu para malaikat mencabut nyawanya, memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan kuburnya dengan membuat liang lahat di kuburnya, menshalatinya. Mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam di dalamnya, lalu mereka meletakkan bata di atasnya. Kemudian mereka keluar dari kubur, mereka menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata, ’Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian.’"

Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam Zawaidul Musnad, 5/ 136.
Ibnu Katsir setelah menyebutkan hadis ini berkata, "Sanadnya shahih kepadanya." (Yakni kepada Ubay bin Ka’ab). (Al-Bidayah wan Nihayah, 1/98).

Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad. Rawi-rawinya adalah rawi-rawi Hadis shahih, kecuali Uttiy bin Dhamurah. Dia adalah rawi tsiqah." (Majmauz Zawaid, 8/199).

Hadis ini walaupun mauquf(sanadnya tidak sampai pada Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam) pada Ubay bin Kaab, tetapi mempunyai kekuatan hadis marfu’, karena perkara seperti ini tidak membuka peluang bagi akal untuk mengakalinya.

Penjelasan Hadis
Hadis ini menceritakan tentang bapak kita, Adam, manakala maut datang menjemputnya, Adam rindu buah surga. Ini menunjukkan betapa cinta Adam kepada surga dan kerinduannya untuk kembali kepadanya. Bagaimana dia tidak rindu surga, sementara dia pernah tinggal di dalamnya, merasakan kenikmatan dan keenakannya untuk beberapa saat.

Bisa jadi keinginan Adam untuk makan buah surga merupakan tanda dekatnya ajal. Sebagian hadis menyatakan bahwa Adam mengetahui hitungan tahun-tahun umurnya. Dia mengitung umurnya yang telah berlalu. Nampaknya dia mengetahui bahwa tahun-tahun umurnya telah habis. Perpindahannya ke alam akhirat telah dekat. Dan tanpa ragu, Adam mengetahui bahwa anak-anaknya tidak mungkin memenuhi permintaannya. Mana mungkin mereka bisa menembus surga lalu memetik buahnya. Anak-anak Adam juga menyadari hal itu. Akan tetapi, karena rasa bakti mereka kepada bapak mereka, hal itulah yang mendorong mereka untuk berangkat mencari.

Belum jauh anak-anak Adam meninggalkan bapaknya mereka telah dihadang oleh beberapa malaikat yang menjelma dalam wujud orang laki-laki. Mereka telah membawa perlengkapan untuk menyiapkan orang mati. Para malaikat memperagakan apa yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap jenazah seperti pada hari ini. Mereka membawa kafan, wewangian, juga membawa kapak, cangkul, dan sekop yang lazim diperlukan untuk menggali kubur.

Ketika anak-anak Adam menyampaikan tujuan mereka dan apa yang mereka cari, para malaikat meminta mereka untuk pulang kepada bapak mereka, karena bapak mereka telah habis umurnya dan ditetapkan ajalnya.
Manakala para malaikat maut datang kepada Adam, Hawa mengenalinya sehingga dia berlindung kepada Adam. Sepertinya Hawa hendak membujuk Adam agar memilih hidup di dunia, karena para rasul tidak diambil nyawanya sebelum mereka diberi pilihan (antara kehidupan dunia dan akhirat-pent) sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam kepada kita. Adam tidak menggubris dan menghardiknya dengan berkata, "Menjauhlah dariku, karena aku pernah melakukan dosa karenamu." Adam mengisyaratkan rayuan Hawa untuk makan pohon yang dilarang semasa keduanya berada di Surga.

Para Malaikat mengambil ruh Adam. Mereka sendirilah yang mengurusi jenazahnya dan menguburkannya, sementara anak-anak Adam melihat mereka. Para malaikat itu memandikannya, mengkafaninya, memberinya wangi-wangian, menggali kuburnya, membuat liang lahat, menshalatinya, masuk ke kuburnya, meletakkannya di dalamnya, lalu mereka menutupnya dengan bata. Kemudian mereka keluar dari kubur dan menimbunkan tanah kepadanya. Para Malaikat mengajarkan semua itu kepada anak-anak Adam. Mereka berkata, "Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian." Yakni, cara yang Allah pilih untuk kalian dalam hal mayat kalian.

Cara ini adalah syariat umum yang berlaku untuk seluruh rasul dan semua orang beriman di bumi ini, mulai sejak saat itu sampai sekarang. Dan cara apa pun yang menyelisihinya berarti menyimpang dri petunjuk Allah, yang besar kecilnya tergantung pada kadar penyimpangannya. Barangsiapa melihat tuntunan kaum muslimin dalam urusan jenazah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam, niscaya dia pasti melihat kesamaan antara hal itu dengan perlakuan para malaikat kepada Adam.

Sepanjang sejarah, petunjuk ini telah banyak diselisihi oleh sebagian besar umat manusia. Ada yang membakar orang mati. Ada yang membangun bangunan-bangunan megah, seperti pyramid, untuk mengubur orang mati dengan meletakkan makanan, minuman, mutiara dan perhiasan bersamanya. Ada yang meletakkan mayit di kotak batu atau kayu. Semua itu menuntut biaya yang mahal dan hanya membuang-buang energi untuk sesuatu yang tidak berguna. Dan yang paling utama, semua itu telah menyelisihi petunjuk yang Allah syariatkan kepada mayit Bani Adam.

Makhluk Sebelum Adam AS

MAHLUK SEBELUM ADAM
 Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:
 “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat;
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”.
Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata):
“Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?”
Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30)

Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi diturunkan dimuka bumi sebagai manusia dan diangkat /ditunjuk Allah sebagai Khalifah (pemimpin/pengganti /penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang tentunya ada makhluk lain yang di ganti, dengan kata lain adalah Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memimpin di Bumi.

Dalam Al-Quran disebutkan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah yaitu manusia, jin, dan malaikat.
Manusia dan Jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena itu sama-sama memiliki akal yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi yang berbeda.
Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah.
Tidak tertutup kemungkinan bahwa ada makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.

Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas.
Dalam Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang ada makhluk lain sebelum manusia.
Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif  dan tidak berbudaya.
Volume otak mereka lebih kecil dari manusia, oleh karena itu, kemampuan mereka berbicara sangat terbatas karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan.

Sebagai contoh Phitecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc,
sementara Homo Sapiens memiliki volume otak di atas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600 cc).
Maka dari itu bisa diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun yang lalu, telah ada sosok makhluk yang memiliki kemampuan akal yang mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam.

Surah Al Hijr ayat 27 berisi:
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Al Hijr 15:27)

. Dari ayat ini, sebagian lain ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah Jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan:
"Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Jin yang suka berbuat kerusuhan."

Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.
Walaupun begitu pendapat ini masih diragukan karena manusia dan jin hidup pada dimensi yang berbeda.
Sehingga tidak mungkin manusia menjadi pengganti bagi Jin.


Penciptaan Adam

PENCIPTAAN ADAM
Setelah Allah SWT menciptakan bumi, langit dan malaikat,  Allah SWT  berkehendak untuk menciptakan mahluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya.
Saat Allah SWT mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi.
Berkatalah para malaikat kepada Allah SWT :
 Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S.Al-Baqarah :30)

Allah SWT kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya :
 Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah :30)

Dalam Al Quran, Allah SWT menjelaskan penciptaan suatu makhluk dengan dua cara, dengan seketika atau langsung dan dengan proses bertahap. Proses penciptaan langsung misalnya yang berkaitan dengan mukjizat yaitu ular (dari tongkat nabi Musa as) dan unta betina nabi Shaleh as (yang keluar dari sebuah batu).
Penegasan penciptaan langsung ini disebutkan dalam Al Quran surat Al Waqiah (56) ayat 35.

QS 56.35. “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung”

Sedangkan proses penciptaan bertahap adalah seperti penciptaan nabi Adam as.
Proses atau metode terciptanya nabi Adam as disebutkan dalam satu ayat dalam surat Nuh (71) ayat 17. Uniknya adalah ayat dalam surat Nuh ini berada dalam urutan terakhir (urutan ke-19) dari seluruh ayat yang menyebutkan tentang penciptaan nabi Adam as yang tersebar dalam Al Quran. Seolah-olah ayat ini merangkum seluruh proses penciptaan nabi Adam as yang disebutkan ayat-ayat sebelumnya.

QS 71.17. “Dan Allah menumbuhkan (anbata) kamu dari bumi (ardh) dengan sebaik-baiknya (nabaatan)”

Kata nabaatan diterjemahkan ‘dengan sebaik-baiknya’. Menurut saya kata tersebut adalah akar kata nabati (tumbuhan) jadi seharusnya diterjemahkan ‘seperti tumbuhan’. Bagaimana cara tumbuhan tumbuh? Tentu dengan cara bertahap (perlahan/dengan proses). Begitu jugalah nabi Adam diciptakan. Kata anbata (menumbuhkan) dapat diartikan menghadirkan atau menciptakan dengan suatu proses yang bertahap.

Rincian Tahap Penciptaan
Dalam Al Quran disebutkan bahwa manusia yang saat ini ada adalah keturunan dari Adam as.
Manusia disebutkan berasal dari saripati tanah, artinya manusia berkembang dari saripati Adam as yang notabene diciptakan dari tanah.
Saripati tanah = saripati Adam as, artinya disini dari air mani nabi Adam as-lah seluruh manusia dimasa ini berasal.
Ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan penciptaan nabi Adam as secara berurutan dari awal hingga akhir adalah sebagai berikut (berjumlah 14 ayat):

1. QS 3.59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah (turaab), kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.
2. QS 6.2. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah (thiyn), sesudah itu ditentukannya ajal……
3. QS 7.12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah (thiyn)".
4. QS 15.26. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (shalshal) dari lumpur hitam (hamaain) yang diberi bentuk.
5. QS 15.28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (shalshal) dari lumpur hitam (hamaain) yang diberi bentuk,
6.  QS 15.33. Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (shalshal) dari lumpur hitam (hamaain) yang diberi bentuk"
 7. QS 17.61. …..mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah (thiyn)?"
8. QS 18.37. ……"Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah (turaab), kemudian dari setetes air mani…..”
9.   QS 20.55. …… Darinya (bumi/tanah(ardh)) itulah Kami menciptakan kamu…..
10. QS 22.5. ….Kami telah menciptakan kamu dari tanah (turaab), kemudian dari setetes mani…..
11. QS 23.12. ….Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (sulaatin) dari tanah (thiyn).
12. QS 30.20. …Dia menciptakan kamu dari tanah (turaab), kemudian tiba-tiba kamu …….
13. QS 32.7. …. Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah (thiyn).
14. QS 35.11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah (turaab) kemudian dari air mani….
15. QS 37.11. …… Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat (thiynillaazib).
16. QS 38.71. …. kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah (thiyn)"
17. QS 38.76. ….. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah (thiyn)".
18. QS 40.67. Dialah yang menciptakan kamu dari tanah (turaab) kemudian dari setetes mani…
19. QS 53.32. ...Dia menjadikan kamu dari tanah (ardh) dan ketika kamu masih janin …
20. QS 55.14. Dia menciptakan manusia dari tanah kering (shalshal) seperti tembikar (fakhkhaar)
21. QS 71.17. “Dan Allah menumbuhkan (anbata) kamu dari bumi (ardh) dengan sebaik-baiknya”

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Penciptaan nabi Adam as dilakukan secara bertahap, seperti tumbuhnya tumbuhan dari dalam bumi. Bertahap artinya berproses, tidak serta-merta “cling” ada dari ketiadaan.
b. Al Quran sudah menyebutkan komposisi kimiawi tubuh manusia dari zat-zat makro dan mikro antara lain :
1.    Thiyn sebagai simbol hydrogen (H)
2.    Turaab sebagai simbol oksigen (O)
3.    Hamaa-in sebagai simbol nitroten (N)
4.    Shalshal sebagai simbol karbon (C)
5.    Ardh dan Thiynillaazib sebagai simbol mineral-mineral mikro
Menurut berbagai literature, unsur yang paling banyak dalam tubuh manusia adalah karbon, karena ketika manusia maninggal unsur ini tetap bertahan. Namun sebenarnya jika diperhatikan berat tubuh manusia hidup didominasi oleh air yang mengandung unsur hidrogen dan oksigen.
c. Semua proses perubahan adalah dengan kehendak Allah SWT, sehingga dari unsur-unsur yang mati dapat tercipta sebuah bentuk unsur yang hidup. Hal ini dapat terjadi karena adanya factor ‘kehendak Allah SWT’, artinya jika proses ini dilakukan di laboratorium selama umur bumi pun, jika Allah SWT tidak menghendaki, tidak akan tercipta apapun, bahkan satu rantai molekul protein atau lemak yang sangat sederhana.
d. Manusia tidak akan dapat meniru kerja Allah SWT. Mengubah dari bentuk turaab menjadi kulit, tanah, daging, dan darah adalah proses yang ilmunya hanya dimiliki oleh Allah SWT.


Nabi Adam AS

Allah SWT berkehendak untuk menciptakan Nabi Adam. Allah SWT berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. " (QS. al- Baqarah: 30)

Hidup sekitar 5872-4942 SM
Adam hidup selama 930 tahun setelah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun.
Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di antaranya Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Terdapat perbedaan pendapat berkenaan dengan makna khilafah (perihal menjadi khalifah) Nabi Adam. Ada yang mengatakan, bahawa ia sebagai khalifah dari kelompok manusia yang pertama datang ke bumi di mana kelompok ini membuat kerosakan dan menumpahkan darah di dalamnya. Ada yang mengatakan, bahawa ia adalah khalifatullah, dengan pengertian bahawa ia sebagai khalifah (utusan Allah) dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan hukum-hukum-Nya, kerana ia adalah utusan Allah yang pertama. Demikianlah yang kami yakini.

Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah s.a.w tentang Nabi Adam: "Apakah ia sebagai nabi yang diutus?" Beliau menjawab: "Benar." Beliau ditanya: "Ia menjadi rasul bagi siapa? Sementara di bumi tidak ada seorang pun?" Beliau menjawab: "Ia menjadi rasul bagi anak-anaknya."

Tabir penciptaan disingkap di tengah-tengah para malaikat-Nya. Allah SWT berfirman:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi' Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerosakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau ?'

Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'" (QS. al-Baqarah: 30)

Berkenaan dengan ayat tersebut, para mufasir memberikan komentar yang beragam. Dalam tafsir al-Manar disebutkan: "Sesungguhnya ayat- ayat ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat ditafsirkan zahirnya. Sebab, di lihat dari ketentuan dialog (at-Takhathub) ia mengandung konsultasi dari Allah SWT. Tentu yang demikian itu mustahil bagi-Nya. Di samping itu, ia juga mengandung pemberitahuan dari-Nya kepada para malaikat yang kemudian diikuti dengan penentangan dan perdebatan dari mereka. Hal seperti ini tidak layak bagi Allah SWT dan bagi para malaikat-Nya. Saya lebih setuju untuk mengalihkan makna cerita tersebut pada sesuatu yang lain."

Sedangkan dalam tafsir al-Jami' li Ahkamil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada para malaikat-Nya, bahawa jika Dia menjadikan ciptaan di muka bumi maka mereka akan membuat kerosakan dan menumpahkan darah." Ketika Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, " (QS. al-Baqarah: 30)

Mereka bertanya: "Apakah ini adalah khalifah yang Engkau ceritakan kepada kami bahawa mereka akan membuat kerosakan di muka bumi dan menumpahkan darah, ataukah khalifah selainnya?" Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya para malaikat melalui fitrah mereka yang suci yang tidak membayangkan kecuali kebaikan dan kesucian, mereka mengira bahawa tasbih dan menguruskan Allah adalah puncak dari segala wujud. Puncak ini terwujud dengan adanya mereka, sedangkan pertanyaan mereka hanya menggambarkan kehairanan mereka, bukan berasal dari penentangan atau apa pun juga."

Kita melihat bagaimana para mufasir berijtihad untuk menyingkap hakikat, lalu Allah SWT menyingkapkan kedalaman dari Al-Quran pada masing-masing dari mereka. Kedalaman Al-Quran sangat mengagumkan. Kisah tersebut disampaikan dalam gaya dialog, suatu gaya yang memiliki pengaruh yang kuat. Tidakkah Anda melihat bahawa Allah SWT berfirman:

"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati.'" (QS. Fushshilat: 11)

Apakah seseorang membayangkan bahwa Allah SWT berbicara dengan langit dan bumi, dan bumi dan langit pun menjawabnya sehingga terjadi dialog ini di antara mereka? Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan langit dan bumi sehingga keduanya taat. Allah SWT menggambarkan apa yang terjadi dengan gaya dialog hanya untuk meneguhkan dalam fikiran dan menegaskan maknanya serta penjelasannya. Penggunaan gaya dramatis dalam kisah Nabi Adam mengisyaratkan makna yang dalam.

Kita membayangkan bahwa Allah SWT ketika menetapkan penciptaan Nabi Adam, Dia memberitahukan kepada malaikat-Nya dengan tujuan agar mereka bersujud kepadanya, bukan dengan tujuan mengambil pendapat mereka atau bermusyawarah dengan mereka. Maha Suci Allah SWT dari hal yang demikian itu. Allah SWT memberitahukan mereka bahawa Dia akan menjadikan seorang hamba di muka bumi, dan bahawa khalifah ini akan mempunyai keturunan dan cucu-cucu, di mana mereka akan membuat kerosakan di muka bumi dan menumpahkan darah di dalamnya. Lalu para malaikat yang suci mengalami kebingungan. Bukankah mereka selalu bertasbih kepada Allah dan mensucikan-Nya, namun mengapa khalifah yang terpilih itu bukan termasuk dari mereka? Apa rahsia hal tersebut, dan apa hikmah Allah dalam masalah ini? Kebingungan malaikat dan keinginan mereka untuk mendapatkan kemuliaan sebagai khalifah di muka bumi, dan kehairanan mereka tentang penghormatan Adam dengannya, dan masih banyak segudang pertanyaan yang tersimpan dalam diri mereka. Namun Allah SWT segera menepis keraguan mereka dan kebingungan mereka, dan membawa mereka menjadi yakin dan berserah diri. Firman-Nya:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui." (QS. al-Baqarah: 30)

Ayat tersebut menunjukkan keluasan ilmu Allah SWT dan keterbatasan ilmu para malaikat, yang kerananya mereka dapat berserah diri dan meyakini kebenaran kehendak Allah. Kita tidak membayangkan terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat sebagai bentuk pengutusan terhadap Allah dan penghormatan terhadap para malaikat- Nya. Dan kita meyakini bahwa dialog terjadi dalam diri malaikat sendiri berkenaan dengan keinginan mereka untuk mengembang khilafah di muka bumi, kemudian Allah SWT memberitahu mereka bahawa tabiat mereka bukan disiapkan untuk hal tersebut.

Sesungguhnya tasbih pada Allah SWT dan menyucikan-Nya adalah hal yang sangat mulia di alam wujud, namun khilafah di muka bumi bukan hanya dilakukan dengan hal itu. Ia memerlukan karakter yang lain, suatu karakter yang haus akan pengetahuan dan lumrah baginya kesalahan. Kebingungan atau kehairanan ini, dialog yang terjadi dalam jiwa para malaikat setelah diberitahu tentang penciptaan Nabi Adam, semua ini layak bagi para malaikat dan tidak mengurangi kedudukan mereka sedikit pun. Sebab, meskipun kedekatan mereka dengan Allah SWT dan penyembahan mereka terhadap-Nya serta penghormatan-Nya kepada mereka, semua itu tidak menghilangkan kedudukan mereka sebagai hamba Allah SWT di mana mereka tidak mengetahui ilmu Allah SWT dan hikmah-Nya yang tersembunyi, serta alam ghaibnya yang samar. Mereka tidak mengetahui hikmah-Nya yang tinggi dan sebab-sebab perwujudannya pada sesuatu.

Setelah beberapa saat para malaikat akan memahami bahawa Nabi Adam adalah ciptaan baru, di mana dia berbeza dengan mereka yang hanya bertasbih dan menyucikan Allah, dan dia pun berbeza dengan haiwan- haiwan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya yang hanya menumpahkan darah dan membuat kerosakan. Sesungguhnya Nabi Adam akan menjadi ciptaan baru dan keberadaannya disertai dengan hikmah yang tinggi yang tidak ada seorang pun mengetahuinya kecuali Allah SWT.

Allah SWT berfirman:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku." (QS. adz-Dzariyat: 56)

Ibnu Abbas membaca ayat tersebut: "Liya'rifuun" (agar mereka mengenal Aku). Pengetahuan merupakan tujuan dari penciptaan manusia. Dan barangkali pendekatan yang terbaik berkenaan dengan tafsir ayat tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Syekh Muhammad Abduh: "Dialog yang terdapat dalam ayat tersebut adalah urusan Allah SWT dengan para malaikat-Nya di mana Dia menggambarkan kepada kita dalam kisah ini dengan ucapan, pertanyaan, dan jawapan. Kita tidak mengetahui hakikat hal tersebut. Tetapi kita mengetahui bahawa dialog tersebut tidak terjadi sebagaimana lazimnya yang dilakukan oleh sesama kita, manusia."

Para malaikat mengetahui bahawa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahawa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus difahami bahawa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, kerana sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.' Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; hendaklah kamu bersyukur dengan bersujud kepadanya. ' Lalu seluruh malikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis. Dia menyombongkan diri dan dia termasuk orang-orang yang kafir. " (QS. Shad: 71-74)

Allah SWT mengumpulkan segenggam tanah dari bumi; di dalamnya terdapat yang berwarna putih, hitam, kuning, coklat dan merah. Oleh kerana itu, manusia memiliki beragam warna kulit. Allah SWT mencampur tanah dengan air sehingga menjadi tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dari tanah inilah Allah menciptakan Nabi Adam. Allah SWT menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya lalu meniupkan roh-Nya di dalamnya, kemudian bergeraklah tubuh Nabi Adam dan tanda kehidupan mulai ada di dalamnya.

Selanjutnya, Nabi Adam membuka kedua matanya dan ia melihat para malaikat semuanya bersujud kepadanya, kecuali satu makhluk yang berdiri di sana. Nabi Adam tidak tahu siapakah makhluk yang tidak mahu bersujud itu. Ia tidak mengenal namanya. Iblis berdiri bersama para malaikat tetapi ia bukan berasal dari golongan mereka. Iblis berasal dari kelompok jin. Allah SWT menceritakan kisah penolakan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam pada beberapa surah. Allah SWT berfirman:
"Allah berfirman: 'Hai Iblis, apa yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi? 'Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, kerana Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.' Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari syurga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.' Iblis berkata: 'Ya Tuhanku, bertangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).' Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.'" (QS. Shad: 75-83)

Nabi Adam mengikuti peristiwa yang terjadi di depannya. Ia merasakan suasana cinta, rasa takut, dan kebingungan. Nabi Adam sangat cinta kepada Allah SWT yang telah menciptakannya dan memuliakannya dengan memerintahkan para malaikat-Nya untuk sujud kepadanya. Adam juga merasa takut saat melihat Allah SWT marah terhadap iblis dan mengusirnya dari pintu rahmat-Nya. Ia merasakan kebingungan ketika melihat makhluk ini yang membencinya, padahal ia belum mengenalnya. Makhluk itu membayangkan bahawa ia lebih baik dari Nabi Adam, padahal tidak ada bukti yang menunjukkan bahawa salah satu dari mereka lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

Kemudian alangkah anehnya alasan iblis. Ia membayangkan bahawa api lebih baik dari tanah. Dari mana ia mendapatkan ilmu ini? Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah SWT kerana Dialah yang menciptakan api dan tanah dan mengetahui mana di antara keduanya yang paling utama.

Dari dialog tersebut, Nabi Adam mengetahui bahawa iblis adalah makhluk yang memakai atribut keburukan dan sifat yang tercela. Ia meminta kepada Allah SWT agar mengekalkannya sampai hari kebangkitan. Iblis tidak ingin mati. Namun Allah SWT mengetahui bahawa ia akan tetap hidup sampai hari yang ditentukan. Ia akan hidup sampai menjemput ajalnya dan kemudian mati. Nabi Adam mengetahui bahawa Allah SWT telah melaknat iblis dan telah mengusirnya dari rahmat-Nya. Akhirnya, Nabi Adam mengetahui musuh abadinya. Nabi Adam bingung dengan kenekatan musuhnya dan kasih sayang Allah SWT.

Barangkali ada seseorang yang bertanya kepada saya: "Mengapa Anda tidak meyakini terjadi dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya dan Anda cenderung menakwilkan ayat-ayat tersebut, sedangkan Anda menerima adanya dialog antara Allah dan iblis." Saya jawab: "Sesungguhnya akal menunjukkan kita kepada kesimpulan tersebut. Terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya adalah hal yang mustahil kerana para malaikat suci dari kesalahan dan dosa dan keinginan-keinginan manusiawi yang selalu mencari ilmu. Sesuai dengan karakter penciptaan mereka, mereka adalah pasukan yang setia dan mulia. Adapun iblis ia terikat dan tunduk terhadap ketentuan agama, dan karakternya sebagai jin mendekati karakter jenis ciptaan Nabi Adam. Dengan kata lain, bahawa jin dapat beriman dan dapat juga menjadi kafir. Sesungguhnya kecenderungan agama mereka dapat saja tidak berfungsi ketika mereka tertipu oleh kesombongan yang palsu sehingga mereka mempunyai gambaran yang salah. Maka dari sisi inilah terjadi dialog. Dialog di sini bererti kebebasan. Tabiat manusia dan jin cenderung untuk menggunakan kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat menggunakan kebebasan. Nabi Adam menyaksikan secara langsung - setelah penciptaannya - kadar kebebasan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang terkena tanggungjawab. Terjadinya pelajaran ini di depan Nabi Adam mengandung maksud yang dalam.

Allah SWT tidak pernah mencabut kebebasan yang diberikan-Nya kepada iblis. Namun pada akhirnya, iblis tetap sebagai hamba yang kafir. Iblis benar-benar menolak untuk sujud kepada Nabi Adam. Allah SWT mengetahui bahawa ia akan menolak untuk sujud kepada Nabi Adam dan akan menentang-Nya. Bisa saja Allah SWT menghancurkannya atau mengubahnya menjadi tanah namun Allah memberikan kebebasan kepada makhluk-makhluk-Nya yang dibebani tanggung jawab. Dia memberikan kepada mereka kebebasan mutlak sehingga mereka bisa saja menolak perintah-Nya. Tetapi yang perlu diperhatikan bahawa keingkaran orang-orang kafir dan orang-orang yang bermaksiat kepada- Nya tidak bererti mengurangi kebesaran kerajaan-Nya dan sebaliknya, keimanan orang-orang mukmin dan kepatuhan orang-orang yang taat tidak bererti menambah kebesaran kekuasaan-Nya. Semua itu kembali kepada mereka.

Adam menyedari bahawa kebebasan di alam wujud adalah merupakan kurniaan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya. Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas penggunaan kebebasan itu. Setelah mempelajari pelajaran kebebasan, Nabi Adam mempelajari pelajaran kedua dari Allah SWT, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahawa iblis adalah simbol kejahatan di alam wujud. Sebagaimana ia mengetahui bahawa para malaikat adalah simbol kebaikan, sementara ia belum mengenal dirinya saat itu. Kemudian Allah SWT memberitahukan kepadanya tentang hakikatnya, hikmah penciptaannya, dan rahsia penghormatannya. Allah SWT berfirman:
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. " (QS. al-Baqarah: 31)

Allah SWT memberinya rahsia kemampuan untuk meringkas sesuatu dalam simbol-simbol dan nama-nama. Allah SWT mengajarinya untuk menamakan benda-benda: ini burung, ini bintang, ini pohon, ini awan, dan seterusnya. Nabi Adam mempelajari semua nama-nama tersebut. Yang di maksud dengan nama-nama di sini adalah ilmu dan pengetahuan. Allah SWT menanamkan pengetahuan yang luas dalam jiwa Nabi Adam dan keinginan yang terus mendorongnya untuk mengetahui sesuatu. Hasrat untuk menggali ilmu dan belajar juga diwariskan kepada anak- anaknya Nabi Adam. Inilah tujuan dari penciptaan Nabi Adam dan inilah rahsia di balik penghormatan para malaikat kepadanya. Setelah Nabi Adam mempelajari nama benda-benda; kekhususannya dan kemanfaatannya, Allah SWT menunjukkan benda-benda tersebut atas para malaikat-Nya dan berkata:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. " (QS. al-Baqarah: 31)

Yang dimaksud adalah kebenaran mereka untuk menginginkan khilafah. Para malaikat memperhatikan sesuatu yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada mereka, namun mereka tidak mengenali nama-namanya. Mereka mengakui di hadapan Allah SWT tentang kelemahan mereka untuk menamai benda-benda tersebut atau memakai simbol-simbol untuk mengungkapkannya. Para malaikat berkata sebagai bentuk pengakuan terhadap ketidakmampuan mereka:
"Maha Suci Engkau." (QS. al-Baqarah: 32)

Yakni, kami menyucikan-Mu dan mengagungkan-Mu.
"Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 32)

Yakni, mereka mengembalikan semua ilmu kepada Allah SWT. Allah SWT berkata kepada Adam:
"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." (QS. al-Baqarah: 33)

Kemudian Nabi Adam memberitahu mereka setiap benda yang Allah SWT tunjukkan kepada mereka dan mereka tidak mengenali nama-namanya:
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat itu lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.' Mereka menjawab:

'Maha Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.' Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama benda-benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahawa sesungguhnya Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?'"(QS. al-Baqarah: 31-33)

Allah SWT ingin berkata kepada para malaikat, bahawa Dia mengetahui kehairanan yang mereka tunjukkan, ketika Dia memberitahu mereka tentang penciptaan Nabi Adam sebagaimana Dia mengetahui kebingungan yang mereka sembunyikan dan sebagaimana juga Dia mengetahui kemaksiatan dan pengingkaran yang disembunyikan oleh iblis.

Para malaikat menyedari bahawa Nabi Adam adalah makhluk yang mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Ini adalah hal yang sangat mulia. Dan para malaikat mengetahui, mengapa Allah memerintahkan mereka untuk bersujud kepadanya sebagaimana mereka memahami rahsia penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi, di mana ia akan menguasainya dan memimpin di dalamnya dengan ilmu dan pengetahuan. Yaitu, pengetahuan terhadap Sang Pencipta yang kemudian dinamakan dengan Islam atau iman. Para malaikat pun mengetahui sebab-sebab kemakmuran bumi dan pengubahannya dan penguasaannya, serta semua hal yang berkenaan dengan ilmu-ilmu mated di muka bumi.

Adalah hal yang maklum bahawa kesempurnaan manusia tidak akan terwujud kecuali dengan pencapaian ilmu yang dengannya manusia dapat mengenal Sang Pencipta, dan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan alam. Jika manusia berhasil di satu sisi, namun gagal di sisi yang lain maka ia laksana burung yang terbang dengan sayap satu di mana setiap kali ia terbang sayap yang lain mencegahnya.

Nabi Adam mengetahui semua nama-nama dan terkadang ia berbicara bersama para malaikat, namun para malaikat disibukkan dengan ibadah kepada Allah SWT. Oleh kerana itu, Adam merasa kesepian. Kemudian Adam tidur dan tatkala ia bangun ia mendapati seorang perempuan yang memiliki mata yang indah, dan tampak penuh dengan kasih sayang. Kemudian terjadilah dialog di antara mereka:

Adam berkata: "Mengapa kamu berada di sini sebelum saya tidur." Perempuan itu menjawab: "Ya." Adam berkata: "Kalau begitu, kamu datang di tengah-tengah tidurku?" Ia menjawab: 'Ya." Adam bertanya: "Dari mana kamu datang?" Ia menjawab: "Aku datang dari dirimu. Allah SWT menciptakan aku darimu saat kamu tidur." Adam bertanya: "Mengapa Allah menciptakan kamu?" Ia menjawab: "Agar engkau merasa tenteram denganku." Adam berkata: "Segala puji bagi Allah. Aku memang merasakan kesepian."

Para malaikat bertanya kepada Adam tentang namanya. Nabi Adam menjawab: "Namanya Hawa." Mereka bertanya: "Mengapa engkau menamakannya Hawa, wahai Adam?" Adam berkata: "kerana ia diciptakan dariku saat aku dalam keadaan hidup."

Nabi Adam adalah makhluk yang suka kepada pengetahuan. Ia membagi pengetahuannya kepada Hawa, di mana ia menceritakan apa yang diketahuinya kepada pasangannya itu, sehingga Hawa mencintainya. Allah SWT berfirman:

"Dan Kami berfirman: 'Hai Adam, tinggallah kamu dan isterimu di syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.'" (QS. al- Baqarah: 35)

Kita tidak mengetahui tempat syurga ini. Al-Quran tidak membicarakan tempatnya, dan para mufasir berbeza pendapat tentang hal itu. Sebahagian mereka berkata: "Itu adalah syurga yang bakal dihuni oleh manusia (jannah al-Ma'wa) dan tempatnya di langit." Namun sebahagian lagi menolak pendapat tersebut. Sebab jika ia adalah jannah al-Ma'wa maka iblis tidak dapat memasukinya dan tidak akan terjadi kemaksiatan di dalamnya. Sebahagian lagi mengatakan: "Ia adalah syurga yang lain, yang Allah ciptakan untuk Nabi Adam dan Hawa." Bahkan ada juga yang berpendapat bahawa ia adalah syurga (taman) dari taman-taman bumi yang terletak di tempat yang tinggi. Dan sekelompok mufasir yang lain menganjurkan agar kita menerima ayat tersebut apa adanya dan menghentikan usaha untuk mencari hakikatnya. Kami sendiri sependapat dengan hal ini. Sesungguhnya pelajaran yang dapat kita ambil berkenaan dengan penentuan tempatnya tidak sedikit pun menyamai pelajaran yang dapat kita ambil dari apa yang terjadi di dalamnya.

Nabi Adam dam Hawa memasuki syurga dan di sana mereka berdua merasakan kenikmatan manusiawi semuanya. Di sana mereka juga mengalami pengalaman-pengalaman yang berharga. Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di syurga dipenuhi dengan kebebasan yang tak terbatas. Dan Nabi Adam mengetahui makna kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada di syurga bersama Hawa. Ia tidak lagi mengalami kesepian. Ia banyak menjalin komunikasi dengan Hawa. Mereka menikmati nyanyian makhluk, tasbih sungai-sungai, dan muzik alam sebelum ia mengenal bahawa alam akan disertai dengan penderitaan dan kesedihan. Allah SWT telah mengizinkan bagi mereka untuk mendekati segala sesuatu dan menikmati segala sesuatu selain satu pohon, yang barangkali ia adalah pohon penderitaan atau pohon pengetahuan. Allah SWT berkata kepada mereka sebelum memasuki syurga:
"Dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.'" (QS. al-Baqarah: 35)

Nabi Adam dan Hawa mengerti bahawa mereka dilarang untuk memakan sesuatu dari pohon ini, namun Nabi Adam adalah manusia biasa, dan sebagai manusia ia lupa dan hatinya berbolak-balik serta tekadnya melemah. Maka iblis memanfaatkan kemanusiaan Nabi Adam dan mengumpulkan segala kedengkiannya yang disembunyikan dalam dadanya. Iblis terus berusaha membangkitkan waswas dalam diri Nabi Adam.

Apakah aku akan menunjukkan kepadamu pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak akan sirna? Nabi Adam bertanya-tanya dalam dirinya. Apa yang akan terjadi seandainya ia memakan buah tersebut, barangkali itu benar-benar pohon keabadian. Nabi Adam memang memimpikan untuk kekal dalam kenikmatan dan kebebasan yang dirasakannya dalam syurga.

Berlalulah waktu di mana Nabi Adam dan Hawa sibuk memikirkan pohon itu. Kemudian pada suatu hari mereka menetapkan untuk memakan pohon itu. Mereka lupa bahawa Allah SWT telah mengingatkan mereka agar tidak mendekatinya. Mereka lupa bahawa iblis adalah musuh mereka sejak dahulu. Nabi Adam menghulurkan tangannya ke pohon itu dan memetik salah satu buahnya dan kemudian memberikannya kepada Hawa. Akhirnya mereka berdua memakan buah terlarang itu.

Allah SWT berfirman:
"Dan derhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)

Tidak benar apa yang disebutkan oleh kitab-kitab kaum Yahudi bahawa Hawa menggoda Nabi Adam yang kerananya ia bertanggungjawab terhadap pemakanan buah itu. Nas Al-Quran tidak menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggungjawab atas apa yang terjadi. Demikianlah setan disalahkan dan Nabi Adam juga disalahkan kerana kesombongan. Salah seorang dari mereka menghina manusia, dan yang lain ingin menjadi tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.

Belum selesai Nabi Adam memakan buah tersebut sehingga ia merasakan penderitaan, kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitarya dan berhentilah muzik indah yang memancar dari dalam dirinya. Ia mengetahui bahawa ia tak berpakaian, demikian juga isterinya. Akhirnya, ia mengetahui bahawa ia seorang lelaki dan bahawa isterinya seorang wanita. Ia dan isterinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun dari syurga.

Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi. Mereka keluar dari syurga. Nabi Adam dalam keadaan sedih sementara Hawa tidak henti-hentinya menangis. kerana ketulusan taubat mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahawa bumi adalah tempat mereka yang asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT berfirman:

"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. " (QS. al-A'raf: 25)

Kemudian Allah SWT menceritakan kisah tentang pelajaran ketiga yang diperoleh Nabi Adam selama keberadaannya di syurga dan setelah keluarnya ia darinya dan turunnya ia ke bumi.

Allah SWT berfirman:
"Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemahuan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka mereka sujud kecuali Iblis. la membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari syurga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak pula akan di timpa panas matahari di dalamnya.' Kemudian setan membisikkan fikiran jahat kepadanya, dengan berkata: 'Hai Adam, mahukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ?' Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) syurga, dan derhakalah Adam dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: 'Turunlah kamu berdua dari syurga bersama-sama, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'" (QS. Thaha: 115-123)

Sebahagian orang menganggap bahawa Nabi Adam keluar dari syurga kerana kesalahannya dan kemaksiatannya. Ini adalah anggapan yang tidak benar kerana Allah SWT berkehendak menciptakan Nabi Adam di mana Dia berkata kepada malaikat: "Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Dan Dia tidak mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya aku akan menjadikan khalifah di syurga."

Tidaklah turunnya Nabi Adam ke bumi sebagai penurunan penghinaan tetapi ia merupakan penurunan kemuliaan sebagaimana dikatakan oleh kaum sufi. Allah SWT mengetahui bahawa Nabi Adam dan Hawa akan memakan buah itu, dan selanjutnya mereka akan turun ke bumi. Allah SWT juga mengetahui bahawa setan akan merampas kebebasan mereka. Pengalaman merupakan dasar penting dari proses menjadi khalifah di muka bumi agar Nabi Adam dan Hawa mengetahui - begitu juga keturunan mereka -  bahawa setan telah mengusir kedua orang tua mereka dari syurga, dan bahawa jalan menuju syurga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT dan permusuhan pada setan.

Apakah dikatakan kepada kita bahawa manusia adalah makhluk yang terpaksa, dan bahawa Nabi Adam terpaksa atau dipaksa untuk berbuat kesalahan sehingga ia keluar dari syurga dan kemudian turun ke bumi? Sebenarnya anggapan ini tidak kalah bodohnya dari anggapan pertama. Sebab, Nabi Adam merasakan kebebasan sepenuhnya, yang kerananya ia mengembang tanggung jawab dari perbuatannya. Ia derhaka dan memakan buah tersebut sehingga Allah SWT mengeluarkannya dari syurga. Maksiat yang dilakukannya tidak berlawanan dengan kebebasannya, bahkan keberadaannya yang asli bersandar kepada kebebasannya. Alhasil, Allah SWT mengetahui apa yang bakal terjadi. Dia mengetahui sesuatu sebelum terjadinya sesuatu itu. Pengetahuan-Nya itu bererti cahaya yang menyingkap, bukan kekuatan yang memaksa. Dengan kata lain, Allah SWT mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi Dia tidak mencegahnya atau mendorongnya agar terjadi. Allah SWT memberikan kebebasan kepada hamba-hamba-Nya dan semua makhluk-Nya. Yang demikian itu berkenaan dengan hikmah-Nya yang tinggi dalam memakmurkan bumi dan mengangkat khalifah di dalamnya.

Nabi Adam memahami pelajaran ketiga. Ia memahami bahawa iblis adalah musuhnya. Secara pasti ia mengerti bahawa iblis adalah penyebab ia kehilangan nikmat dan penyebab kehancurannya. Ia mengerti bahawa Allah SWT akan menyeksa seseorang jika ia berbuat maksiat, dan bahawa jalan menuju ke syurga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT. Ia memahami bahawa Allah SWT menerima taubat, memaafkan, menyayangi, dan memilih. Allah SWT mengajari mereka agar beristighfar dan mengucapkan:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, nescayalah pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al- A'raf: 23)

Allah SWT menerima taubatnya dan memaafkannya serta mengirimnya ke bumi. Nabi Adam adalah Rasul pertama bagi manusia. Mulailah kehidupan Nabi Adam di bumi. Ia keluar dari syurga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian ia menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya dari kalangan nabi. Sehingga setiap nabi memulai dakwahnya dan menyuruh kaumnya dengan cara keluar dari negerinya atau berhijrah. Di sana Nabi Adam keluar dari syurga sebelum kenabiannya, sedangkan di sini (di bumi) para nabi biasanya keluar (hijrah) setelah pengangkatan kenabian mereka.

Nabi Adam mengetahui bahawa ia meninggalkan kedamaian ketika keluar dari syurga. Di bumi ia harus menghadapi penderitaan dan pergelutan, di mana ia harus menanggung kesulitan agar dapat makan, dan ia harus melindungi dirinya dengan pakaian dan senjata, serta melindungi isterinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di bumi. Sebelum semua itu dan sesudahnya, ia harus meneruskan pertempurannya dengan pangkal kejahatan yang menyebabkannya keluar dari syurga, yaitu syaitan. Di bumi, syaitan membuat waswas kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka Jahim. Pertempuran antara pasukan kebaikan dan pasukan kejahatan di bumi tidak akan pernah berhenti. Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk Allah SWT, ia tidak akan merasakan ketakutan dan kesedihan, dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah SWT dan mengikuti makhluk api, iblis, maka ia akan bersamanya di neraka.

Nabi Adam mengerti semua ini. Ia menyedari bahawa penderitaan akan menyertai kehidupannya di atas bumi. Satu-satunya yang dapat meringankan kesedihannya adalah, bahawa ia menjadi penguasa di bumi, yang kerananya ia harus menundukkannya, memakmurkannya, dan membangunnya serta melahirkan keturunan yang baik di dalamnya, sehingga mereka dapat mengubah kehidupan dan membuatnya lebih baik. Hawa melahirkan dalam satu perut seorang lelaki dan seorang perempuan, dan pada perut berikutnya seorang lelaki dan seorang perempuan, maka dihalalkan perkahwinan antara anak lelaki dari perut pertama dengan anak perempuan dari perut kedua. Akhirnya, anak-anak Nabi Adam menjadi besar dan menikah serta memenuhi bumi dengan keturunannya.

Nabi Adam mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Nabi Adam menyaksikan kecenderungan pertama dari anaknya terhadap pangkal kejahatan, yaitu iblis sehingga terjadilah kejahatan pembunuhan yang pertama kali di muka bumi. Salah seorang anak Nabi Adam membunuh saudara kandungnya sendiri. Anak yang jahat itu membunuh saudaranya yang baik. Allah berfirman:

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka di terimalah dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (QS. al-Maidah: 27)

Dikatakan bahawa pembunuh ingin merebut isteri saudara kandungannya untuk dirinya sendiri. Nabi Adam memerintahkan mereka berdua untuk menghadirkan korban lalu setiap dari mereka menghadirkan korban yang dimaksud. Allah SWT menerima korban dari salah satu dari mereka dan menolak korban yang lain:

"Ia (Qabil) berkata: 'Aku pasti membunuhmu.' Berkata Habil: 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan sekalian alam. (QS. al-Maidah: 27-28)

Perhatikanlah bagaimana Allah SWT menyampaikan kepada kita kalimat- kalimat yang diucapkan oleh anak Nabi Adam yang terbunuh sebagai syahid, dan ia menyembunyikan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh si pembunuh. Si pembunuh mengangkat tangannya sambil mengancam, namun calon korban pembunuhan itu berkata dengan tenang:

Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang- orang yang lalim. " (QS. al-Maidah: 29)

Selesailah percakapan antara mereka berdua dan anak yang jahat itu membiarkan anak yang baik beberapa saat. Setelah beberapa hari, saudara yang baik itu tidur di tengah-tengah hutan yang penuh dengan pohon. Di hutan itu, keledai tua mati dan dagingnya dimakan oleh burung Nasar dan darahnya ditelan oleh bumi. Yang tersisa hanya tulang belulang berserakan di tanah. Kemudian saudaranya yang jahat membawanya menuju saudara kandungnya yang sedang tidur, lalu ia mengangkat tangannya dan menjatuhkan dengan keras dan cepat. Anak laki-laki baik itu tampak pucat wajahnya ketika melihat darah mengucur darinya, lalu ia bangun. Ia bermimpi saat tidur. Lalu si pembunuh menghantam saudaranya sehingga tidak tampak lagi gerakan dari tubuhnya. Si pembunuh puas bahawa saudara kandungnya benar-benar mati. Pembunuh itu berdiri di depan korban dengan tenang dan tampak pucat wajahnya.

Rasulullah saw bersabda: "Setiap orang yang membunuh jiwa yang tak berdosa maka anak Adam yang pertama akan juga menanggung dosanya kerana ia yang pertama kali mengajarkan pembunuhan." Si pembunuh terduduk di depan saudaranya dalam keadaan berlumuran darah. Apa yang akan dikatakannya terhadap Nabi Adam, ayahnya, jika ia bertanya kepadanya tentang hal itu. Nabi Adam mengetahui bahawa mereka berdua keluar bersama-sama lalu mengapa ia kembali sendinan. Seandainya ia mengingkari pembunuhan terhadap saudaranya itu di depan ayahnya, maka di manakah ia dapat menyembunyikan jasadnya, dan di mana ia dapat membuangnya? Saudaranya yang terbunuh itu merupakan manusia yang pertama kali mad di muka bumi sehingga tidak diketahui bagaimana cara menguburkan orang yang mati. Pembunuh itu membawa jasad saudara kandungnya dan memikulnya. Tiba-tiba keheningan itu dipecah dengan suara burung yang berteriak sehingga ia merasa ketakutan. Pembunuh itu menoleh dan menemukan seekor burung gagak yang berteriak di atas bangkai burung gagak yang mati. Burung gagak yang hidup meletakkan bangkai burung gagak yang mad di atas tanah lalu ia mulai menggali tanah dengan paruhnya dan kedua kakinya. Kemudian ia mengangkatnya dengan paruhnya dan meletakkannya dengan lembut dalam kuburan. Lalu ia menimbunkannya di atas tanah. Setelah itu, ia terbang di udara dan kembali berteriak. Si pembunuh berdiri dan ia mundur untuk meraih jasad saudara kandungnya dan kemudian berteriak:

"Berkata Qabil: 'Aduhai, celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan saudaraku ini?" (QS. al-Maidah: 31)

Ia mulai merasakan kesedihan yang sangat dalam atas apa yang telah dilakukannya terhadap saudaranya. Ia segera menyadari bahawa ia adalah orang yang paling buruk dan paling lemah. Ia telah membunuh orang yang paling utama dan paling kuat. Anak Nabi Adam berkurang satu dan iblis berhasil "mencuri" seorang anak Nabi Adam. Bergetarlah tubuh si pembunuh dan ia mulai menangis dengan keras, lalu ia menggali kuburan saudara kandungnya. Ketika mendengar kisah tersebut Nabi Adam berkata:

"Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata." (QS. al-Qashash: 15)

Nabi Adam merasakan kesedihan mendalam atas hilangnya salah satu anaknya. Salah seorang dari mereka mad dan yang lain dikuasai oleh syaitan. Nabi Adam salat untuk anaknya yang mati, dan kemudian ia kembali menjalani kehidupannya di muka bumi. Beliau adalah manusia yang bekerja dan mengalami penderitaan. Seorang Nabi yang menasihati anak-anaknya dan cucu-cucunya, serta mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Beliau menceritakan kejahatan iblis kepada mereka, dan meminta kepada mereka agar berhati-hati darinya. Beliau menceritakan pengalaman pribadinya bersama iblis kepada mereka, dan menceritakan kehidupannya bersama anaknya yang tega membunuh saudara kandungnya sendiri.

Nabi Adam telah menjadi dewasa, lalu tahun demi tahun datang silih berganti sehingga anak-anaknya tersebar di bumi, lalu datanglah waktu malam di atas bumi. Angin bertiup sangat kencang. Dan bergoncanglah daun-daun pohon tua yang ditanam oleh Nabi Adam, di mana dahan- dahannya mendekati danau sehingga buahnya menyentuh air danau. Dan ketika pohon itu menjadi tegak setelah berlalunya angin, air mulai berjatuhan di antara cabang-cabangnya dan tampak dari jauh bahawa pohon itu sedang menarik dirinya (memisahkan diri) dari air dan menangis. Pohon itu sedih dan dahan-dahannya bergoncang. Sementara itu, di langit tampak bahawa bintang-bintang juga bergoncang. Cahaya bulan menerobos kamar Nabi Adam sehingga cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam. Wajah Nabi Adam tampak lebih pucat dan lebih muram dari wajah bulan. Bulan mengetahui bahawa Nabi Adam akan mati.

Kamar yang sederhana, kamarnya Nabi Adam. Nabi Adam tertidur dengan janggutnya yang putih dan wajahnya yang bersinar di atas tempat tidur dari dahan-dahan pohon dan bunga-bunga. Anak-anaknya semua berdiri di sekelilingnya dan menunggu wasiatnya. Nabi Adam berbicara dan memahamkan anak-anaknya bahawa hanya ada satu perahu keselamatan bagi manusia, dan hanya ada satu senjata baginya yang dapat menenangkannya. Perahu itu adalah petunjuk Allah SWT dan senjata itu adalah kalimat-kalimat Allah SWT.

Nabi Adam menenangkan anak-anaknya, bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan manusia sendirian di muka bumi. Sesungguhnya Dia akan mengutus para nabi untuk membimbing mereka dan menyelamatkan mereka. Para nabi itu memiliki nama-nama, sifat-sifat, dan mukjizat- mukjizat yang berbeza-beza. Tetapi mereka dipertemukan dengan satu hal, yaitu mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.

Demikianlah wasiat Nabi Adam kepada anak-anaknya. Akhirnya, Nabi Adam menutup kedua matanya, dan para malaikat memasuki kamarnya dan mengelilinginya. Had Nabi Adam tersenyum ketika mendapatkan kata salam yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga syurga.

Menurut ajaran agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, yaitu, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan.
Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah anak-anak Adam adalah:
Qabil dan Iqlima,
Habil dan Labuda,
Sith dan Azura,
Ashut dan saudara perempuannya,
Ayad dan saudara perempuannya,
Balagh dan saudara perempuannya,
Athati dan saudara perempuannya,
Tawbah dan saudara perempuannya,
Darabi dan saudara perempuannya,
Hadaz dan saudara perempuannya,
Yahus dan saudara perempuannya,
Sandal dan saudara perempuannya,
dan Baraq dan saudara perempuannya.
Total keseluruhan anak Adam sejumlah 40.

Baca Juga :
Penciptaan Nabi Adam AS
Tempat Tinggal Adam AS
Makhluk Sebelum Adam AS
Wujud Adam AS
Kematian Adam AS



Wujud Adam AS

WUJUD ADAM
Menurut Hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang lebih 27,432 meter).
 Hadits mengenai ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang berbeda.

Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan ia bukan makhluk purba.
Ia berasal dari surga yang berperadaban maju.
Turun ke muka bumi bisa sebagai manusia dari sebuah peradaban yang jauh lebih maju dan jauh lebih cerdas dari peradaban manusia sampai kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai Khalifah (pemimpin) di muka bumi.

 Dalam gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik.
Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:
 ...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al Israa' 17:70)

Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At Tiin 95:4)

Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud kepadanya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah ada.
Sama sekali berbeda jauh dari gambaran manusia purba menurut Charles Darwin, yang digambarkan berjalan dengan empat kaki dan menjadi makhluk purba berpakaian seadanya.

Kisah Para Nabi

Gambar : mtfuna.ub.ac.id

Mengisi Bulan Suci Ramadhan, saya akan mengisahkan kisah para Nabi yang akan di update setiap harinya. Setiap abis sahur, sambil nunggu adzan Subuh. Kenapa ga sekaligus..?? Tentu saja karena supaya setiap hari ada bacaan yang beda.

Semoga setiap baca kita dapet Keberkahan bareng-bareng, dan jadi itungan ibadah berjamaah. Hoho...

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa, semoga Bulan Puasa tahun depan ga ada lagi kemiskinan dan keruwetan BLSM kaya tahun ini..

Selamat membaca, dan semoga dapat menarik makna sebagai patokan dalam Personality Building.

  1. NABI ADAM AS.
  2. NABI IDRIS AS.
  3. NABI NUH AS.
  4. NABI HUD AS.
  5. NABI SHOLEH AS.
  6. NABI IBROHIM AS.
  7. NABI LUTH AS.
  8. NABI ISMAIL AS.
  9. NABI ISHAK AS.
  10. NABI YA’KUB AS.
  11. NABI YUSUF AS.
  12. NABI AYUB AS.
  13. NABI SYU’AIB AS.
  14. NABI MUSA AS.
  15. NABI HARUN AS.
  16. NABI DZULKIFLI AS.
  17. NABI DAUD AS.
  18. NABI SULAIMAN AS.
  19. NABI ILYAS AS.
  20. NABI ILYASA AS.
  21. NABI YUNUS AS.
  22. NABI ZAKARIA AS.
  23. NABI YAHYA AS.
  24. NABI ISA AS.
  25. NABI MUHAMMAD SAW.
Silahkan klik di nama Nabi di atas untuk membaca kisahnya.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Adamy's Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger